Waktu masih duduk di bangku SMP dan SMA (1992 – 1998) saya sempat merasakan naik angkutan umum ke sekolah (kalau sepeda gayung saya sedang rusak). Angkutan umum yang biasa saya gunakan disebut dengan bemo dan jaman itu ongkosnya berkisar antara Rp 500 – 800. Selepas SMA saya bergantung pada HONDA Grand 96 yang walaupun sudah uzur ga pernah rewel. Setia menemani saya kuliah ke bukit selama 2 tahun, dan baru saya relakan (baca: dijual) ketika saya berangkat ke Australia January kemaren (hiks…sedih melepas kuda besi kesayanganku 😥 ). Nah…kalau di posting-an sebelumnya saya membahas tentang angkutan umum di Melbourne dan kelengkapannya, kali ini saya mau berbagi info tentang bagaimana kondisi di dalam angkutan umum tersebut dan sikap penggunanya.
Seperti halnya metromini di Indonesia, bis di Melbourne juga punya jalurnya masing-masing. Apa yang menentukan jalurnya? Nomor bis-lah yang menentukan jalurnya. Jalur mana saja yang dilewati bis dan schedule bis bisa dilihat di halte atau online di www.venturabus.com.au atau www.viclink.com.au. Keterlambatan bisa saja terjadi, tapi jarang kok (biasanya Sabtu dan Minggu). Ada bis bernomor sama tapi punya tujuan akhir yang berbeda. Misalnya bis 900, ada yang 900 Rowville (Stud Park Shopping Centre) – Caulfield, dan ada juga 900 Chadstone. Untuk hari biasa (Senin – Jumat), bis datang setiap 15 menit, sedangkan pada akhir minggu bisa 30 menit sekali. Beberapa bis beroperasi sampai jam 20.00 dan ada juga yang sampai pukul 21.30. Kalau yang tinggalnya di ‘kampung’ seperti saya 😀 harus benar-benar planning jadwal kepulangan, khawatirnya sudah ga ada bisa yang beroperasi kalau pulang terlalu malam.
Bisnya nyaman untuk bepergian, bersih, full AC, dan ga perlu khawatir dengan tukang copet. Disini juga tidak mengenal supir ugal-ugalan seperti metromini di Jakarta. Anda tinggal masuk, validasi ticket dan duduk manis sampai tempat tujuan. O…ya jangan lupa menekan tombol STOP jika anda mau turun dan anda tidak bisa turun sembarangan (sambil teriak kiri..kiri…bang!! 😀 ). Anda hanya bisa turun di pemberhentian bis (make sure you know where to stop).
Berbeda dengan bis, kereta api tidak menggunakan nomor tapi berdasarkan route-nya seperti Pakenham line, Frankston line atau Cranbourne line. Jadwalnya bisa dilihat di:
http://www.metlinkmelbourne.com.au/timetables/metropolitan_trains. Seperti halnya bis, kereta ini sangat nyaman. Lorongnya lebar dengan kursi yang nyaman, full AC dan bersih. Meskipun copet jarang, tapi tetap harus waspada dengan barang bawaan anda (ingat-ingat pesan bang napi).
Orang dengan kebutuhan khusus (special needs) bisa melakukan perjalanan secara mandiri. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Karena jalanan dan transportasi umumnya memungkinkan untuk itu. Trotoar yang lebar dan mulus serta tersedianya space khusus buat mereka di bis dan kereta api. Hampir semua kereta api dan stasiunnya adalah wheelchair accesible. Jadi penumpang yang menggunakan mobility aids seperti kursi roda, scooters atau motorised vehicles bisa bepergian dengan nyaman. Akan ada petugas khusus yang membantu mereka masuk ke dalam kereta api.
Ada sebuah kebiasaan yang menurut saya pantas ditiru. Apa yang anda lakukan kalau sedang dalam perjalanan dalam kendaraan umum? Mengobrol dengan teman? Memperhatikan sekitar? Atau tidur? Suatu kali saya naik kereta api di jam orang-orang berangkat kerja atau sekolah dan saya dibuat kagum karena hampir semua orang yang berada satu gerbong dengan saya melakukan aktifitas membaca. Bahkan yang tidak kebagian tempat dudukpun berdiri sambil memegang buku ditangannya (dibaca ya, bukan hanya dipegang 😀 ). Sisanya mendengarkan musik melalui telepon gengamnya atau IPod dan sebangsanya. Bukan membuat generalisasi, tetapi kalaupun ada yang mengoceh dengan bahasa ibunya (yang biasa saya lihat, PERHATIAN! Hanya berdasarkan pandangan mata Indira) adalah bangsa Asia (India, China, Vietnam, termasuk Indonesia atau ABG lokal). Bahkan saya pernah melirik (dengan gaya elegan tentunya – tanpa menolehkan kepala sama sekali), penumpang di sebelah saya membaca alkitab…amazing! Menunggu dihabiskan dengan membaca, jadi sayapun yang memang sejak dulu lebih suka menunggu sambil membaca akhirnya menjadi semakin suka membaca (hmmm….konklusi yang ga nyambung).
Hal lain yang saya anggap layak ditiru adalah, kebiasaan untuk memberikan kursi yang kita duduki pada orang tua, wanita hamil atau anak-anak. Untuk mereka disediakan space khusus di dalam bis dan kereta. Boleh saja kita duduk disana, tetapi kalau ada penumpang seperti yang saya sebut diatas, maka kita harus persilahkan mereka duduk. Ini sudah seperti kebiasaan disini dan dilakukan dengan kesadaran penuh, tanpa paksaan. Pintu kereta terbuka dan tertutup otomatis, jadi kita tidak akan menemukan pemandangan penumpang berjubel dan bergelantungan di pintu kereta bahkan di atap kereta.
hmmm… pelayanan bis nya OK punya ya
–> Iya Cat…nyaman dech naek angkot disini 😀
di bis/kereta buat baca kalo berdasarkan pengalaman gue malah bikin pusing. Abis goyang-goyang 🙂 Enakan buat bobo, atau nglamun sambil ngeliat jendela….. hehe
–> ga kerasa kok goyangan kendaraannya, tapi mending ngelamun n tidur kok Git daripada ngobrol berisik 😀
Nga ada tukang asongan, tukang korang, pengamen dll yang biasa ada di angkutan umum indonesia …..( sepi dong yah …. kalo semua baca )
–> Yup sepi, apa lion_king mau ngamen atau ngasong disini?
Biasanya kalo dalam kendaraan saya menyalurkan bakat saya mba * ngamen * hihihihi, wah… mba tukang ngelamun dan tdur yah…. * pergi pelan – pelan takut di samperin sandal mba *
–> kalo lion_king ngamen pasti langsung sepi angkotnya *kalo ga pingsan pasti pada loncat keluar* wakakaka 😆 ngelamun nggak suka, menghayal suka..hihiihi 😛
wah klo indonesia pelayanannya seperti itu ….eunak tenan
kapan yo ind bisa bijak seperti itu …..
–> memang uenak tenan mas, Indonesia bisa! hahaha..ikut2an slogannya SBY, bisa apa yah? 😆
bisnya disana sama ugal-ugalan nggak kayak di indonesia!
heheheheh!
–> Alhamdulillah ga ugal2an kok disini 🙂
Wah, kebiasaan yang sangat patut ditiru ya kalo kita naik train *speechless sama pengamen, pedagang asongan n tukang copet di KA di Indo heheheh…:D
–> hihihihi 😀 bener banget try
Indonesia kapan ya bisa begitu ???
Kita mulai dari diri sendiri yukkk …
[Jadi inget waktu SMA kalo naik bis, pas mau turun ngasih kodenya pake uang koin. Tek … tek .. tek … kiri2 mas … ^_^]
–> pasti bisa…yups memang harus mulai dari diri sendiri
Malem Jumat enggak bisa tidur. Daripada suntuk mendingan blogwalking aja deh. Nyari ilmu baru dan nyari sahabat baru. Salam kenal aja dari saya. klo mau berkunjung balik ke blog saya, cuma kata terima kasih yang dapat saya sampaikan. Ijin menyimak isi artikelnya dan ijin komentar ya gan….
Waduh… lha indonesia gimana nih gan, …. kasih solusi dunk… Wiro Sableng cuman garuk garuk kepala doang