NANTI…

Ibu :“Min, tolong bersihkan pecahan piring di lantai ruang makan”

Paimin : “Iya bu, nanti…”

Akhirnya ponakan kamu yang baru saja belajar berjalan dan sedang senang-senangnya berkeliaran kesana kemari dalam rumah menginjak pecahan kaca tersebut. Bisa ditebak selain harus mendengar tangisannya, kamu juga harus berurusan dengan omelan ibu yang sepanjang kereta api jurusan Jakarta – Bogor .

Istri : “Mas, bisa minta tolong perbaiki genteng yang bocor? Sudah mau musim hujan nich”

Suami : “Nanti ya say, nanggung nich pertandingan sepak bolanya”

Akhirnya musim hujan tiba, kamu belum sempat memperbaiki genteng yang bocor. Tengah malam selagi enak-enaknya tidur, air menetes dari langit-langit tepat di atas tempat tidurmu 😦 .

(Pacar siti tumitnya bengkak setelah dipakai berjalan jauh)

Siti : “Periksa ke dokter aja daripada tambah parah”

Pacar Siti : “Nanti aja, sudah agak baikan kok”

Akhirnya pacar Siti ke dokter juga setelah tidak bisa tidur semalaman karena tumitnya bengkak, terasa panas dan sakit saat dipakai berjalan. Dokter mengatakan kalau ada urat halus yang terjepit, dan harus diterapi. Pacar Siti harus berjalan dengan bantuan tongkat dan menguras koceknya Rp 300,000. 😥 Sehat itu mahal bung!

Hanya satu kata…NANTI…tapi seringkali kita tidak sadar dampaknya tidak sesederhana itu. Termasuk saya, tak jarang menggunakan kata NANTI untuk menunda melakukan sesuatu yang sebenarnya bisa saja diselesaikan saat itu juga. Alasannya bisa karena malas atau sedang asyik-asyiknya melakukan sesuatu yang saya sukai, atau hanya menghindari agar yang meminta bantuan tidak mengomel lebih lanjut.

Sebelum berkata NANTI:

• Pikirkan ‘urgency’ permintaan

• Ingatlah saat kamu menunda sesuatu, mungkin akan ada yang mengambil kesempatan yang seharusnya bisa jadi milikmu

• Ingatlah saat kamu menunda sesuatu, mungkin ada yang terluka karenanya

• Ingatlah saat kamu menunda sesuatu, begitu kau sadar pentingnya hal yang kamu tunda…mungkin semuanya sudah terlambat

So, if you can do it now…JUST DO IT!

Advertisement