Museum Ullèn Sentalu

Salah satu tempat yang meninggalkan kesan mendalam yang saya kunjungi saat tour de Jogja beberapa waktu yang lalu adalah Museum Ullèn Sentalu. Lokasinya memang cukup jauh dari pusat kota Jogjakarta, tepatnya di Jl. Boyong Kaliurang, Sleman. Saya sungguh tidak menyesal, walaupun kehujanan dan harus setengah mati menahan diri agar tidak pingsan karena menghirup aroma “tak sedap” dari jas hujan Sandi (my lil bro) yang entah kapan terakhir kali dijemur sejak dipake berhujan-hujan

Loket pembelian tiket

Gerbang keluar

Museum milik swasta ini dipelopori pendiriannya oleh Keluarga Haryono dan sekarang berada dibawah pengelolaan Ulating Blencong Foundation. Dibuka secara resmi pada tahun 1997 oleh KGPAA Paku Alam VIII.

Tampak dari luar bangunannya seperti kastil batu yang dindingnya penuh dengan lumut dan tanaman menjalar. Jangan berharap melihat kerumunan orang mengantri untuk membeli tiket, karena waktu itu hanya kami berdualah pengunjungnya.

Opening Hours :
09.00 am – 3.30 pm.
Open Daily on Tuesday through Sunday,
Closed on Monday

Harga tiketnya:

International US$ 5.00 (Rp.45.000)
International student Rp.25.000
Adult Rp.25.000
Local Student Rp.15.000

Saya tidak menemukan perbedaan harga antara local dan international visitor di Australia, yang ada adult, children dan concession (pelajar dan pensiunan). Karena menurut saya dengan membedakan antara local dan internasional adalah bentuk lain dari discrimination.

Dinding batu

Pintu kayu

Pengujung dilarang mengambil foto dalam museum, jadi maaf kali ini tiada mampu saya menyediakan foto-foto yang lengkap. Ini adalah guided-tour, jadi kami ditemani mbak manis yang sangat ramah (sayang saya lupa namanya). Selain manis dan humoris, mbak guide ini juga sangat menguasai informasi terkait kesultanan Jogja dan Solo dan mampu menyampaikannya dengan cara yang sangat menarik.

Museum ini ada dibawah tanah dan bangunannya berdinding batu sehingga begitu masuk ke dalam rasanya langsung semriwing…dinginnn. Bangunan dan kebersihan terjaga dengan baik. Koleksinya sangat bervariasi, mulai dari lukisan, gamelan, foto, kain batik sampai patung. Di akhir perjalanan kami disuguhi minuman tradisional resep turun temurun di keraton. Kata mbak manis itu, minuman ini buat awet muda. Iseng-iseng saya tanya: “ada nggak minuman buat enteng jodoh, mbak?” …ehhh mbaknya Cuma senyum-senyum ajah. Mungkin dalam hati dia bilang “kalau ada sudah saya minum sendiri mbak” hahahahah….

Jadi kalau ke Jogja, it’s highly recommended to visit this place.  Mmmm…sebagai penutup alangkah baiknya disajikan foto diri penulis dan adiknya

tiada lengkap tanpa foto diri

Sandi ga kalah narsis